Rabu, 11 Februari 2009

Penyimpangan Posisi

Penyimpangan Posisi

sumber masalah dari bergesernya posisi stasiun pengamatan dari survey yang dia lakukan. Setelah menulis postingan tersebut, rasa penasaran saya semakin bertambah: saya ingin tahu seberapa jauh sebenarnya penyimpangan yang terjadi kalau hasil pengukuran posisi geodetis dari GPS dengan datum WGS84 ditransformasikan ke Bessel 1841.

Rasa penasaran ini muncul setelah saya mencoba menggambarkan garis pantai hasil translasi/transformasi kawan saya itu (akibat ketidakcocokan posisi geodetik ketika melakukan survey di lapangan) dan posisi stasiun pengamatannya, serta meng-overlay-nya dengan garis pantai full resolution dari GSHHS (Global Self-consistant Hierarchical High-resolution Shorelines). garis pantai yang berwarna biru adalah hasil translasi garis pantai yang dilakukan teman saya, sementara warna hijau menunjukkan garis pantai dari GSHHS. Kotak merah menunjukkan posisi stasiun pengamatan.

Hasilnya tentu saja mengejutkan, karena penyimpangan yang terjadi sangat besar. Apakah benar penyimpangan yang terjadi bisa sebesar itu? Tentu saja ini menjadi pertanyaan yang menarik untuk dilihat lebih jauh. Saya pun mencoba membuat program untuk mentransformasikan posisi geodetik dari datum WGS84 ke Bessel 1841 berdasarkan rumus yang ada di website Peter H. Dana yang sudah saya sebutkan dalam tulisan sebelumnya. Selanjutnya, setelah melakukan pengujian untuk meyakinkan bahwa program yang saya buat sudah benar, saya mencoba untuk melihat berdasarkan lintang pergeseran yang terjadi dari posisi geodetik dengan datum yang berbeda itu (pergeseran posisi bujur relatif sangat kecil). Saya dapatkan bahwa pergeseran terbesar terjadi di lintang menengah (lihat gambar).

Untuk lebih meyakinkan lagi, saya pun menggunakan software lain yang tersedia bebas di dunia maya yaitu Geotrans. Secara umum hasilnya hampir sama saja. Adapun untuk daerah dekat ekuator penyimpangan yang terjadi maksimum hanya sekitar 1" atau sekitar 30 meter saja.

Dari hasil utak-atik seperti itu, timbul pertanyaan: kenapa hasil survey kawan saya itu memberikan posisi geodetik yang jauh berbeda (hingga ratusan meter)? Apakah hal ini terjadi karena kesalahan GPS yang digunakan? Masalahnya, ketika coba dioverlay dengan data garis pantai dari Dishidros TNI AL pun hasilnya hampir sama dengan gambar di atas. Ada yang bisa menjelaskan?

Terciptanya Alam Semesta

Terciptanya Alam Semesta Menurut Al-Qur'an

Dalam salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori big bang), disebutkan bahwa alam semesta tercipta dari sebuah ledakan kosmis sekitar 10-20 miliar tahun yang lalu yang mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam sebuah titik. Mungkin banyak di antara kita yang telah membaca tentang teori tersebut.


Sekarang, mungkin ada di antara kita yang ingin tahu bagaimana Al-Quran menjelaskan tentang terbentuknya alam semesta ini. Dalam Quran surat Al-Anbiya (surat ke-21) ayat 30 disebutkan:

“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”

Lalu dalam Quran surat Fussilat (surat ke-41) ayat 11 Allah berfirman:

“Kemudian Dia menuju langit dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: “Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”.

Kata asap dalam ayat tersebut di atas menurut para ahli tafsir adalah merupakan kumpulan dari gas-gas dan partikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.

Lalu dalam surat At-Talaq (surat ke-65) ayat 12 Allah berfirman:

“Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, dan sesungguhnya Allah ilmunya benar-benar meliputi segala sesuatu”

Para ahli menafsirkan bahwa kata tujuh menunjukkan sesuatu yang jamak (lebih dari satu), dimana secara tekstual hal ini mengindikasikan bahwa di alam semesta ini terdapat lebih dari satu bumi seperti bumi yang kita tempati sekarang ini.

Beberapa hal yang mungkin mengejutkan bagi para pembaca Al-Quran di abad ini adalah fakta tentang ayat-ayat dalam Al-Quran yang menyebutkan tentang tiga kelompok benda yang diciptakan(Nya) yang ada di alam semesta yaitu benda-benda yang berada di langit, benda-benda yang berada di bumi dan benda-benda yang berada di antara keduanya. Kita dapat menemukan tentang hal ini pada beberapa surat yaitu surat To-Ha (surat ke-20) ayat 6 yang artinya:

“Kepunyaan-Nya lah semua yang ada di langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua yang di bawah tanah”

Lalu dalam surat Al-Furqan (aurat ke-25) ayat 59 yang artinya:

“Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa…”

Juga dalam surat Al-Sajda (surat ke-32) ayat 4 yang artinya:

“Allah-lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya dalam enam masa…”

Dan surat Qaf (surat ke-50) ayat 58 yang artinya:

“Dan sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikit pun tidak ditimpa keletihan”

Dari surat-surat tersebut di atas terlihat bahwa secara umum proses terciptanya jagat raya ini berlangsung dalam 6 periode atau masa dimana tahapan dalam proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan pula bahwa terciptanya jagat raya terjadi melalui proses pemisahan massa yang tadinya bersatu. Selain itu disebutkan pula tentang lebih dari satu langit dan bumi dan keberadaan ciptaan di antara langit dan bumi.

Dari uraian di atas kita dapat menyimpulkan bahwa sebelum para ahli mengemukakan tentang teori big bang (yang dimulai sejak tahun 1920-an), ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas menceritakan bagaimana alam semesta ini terbentuk.

Senin, 09 Februari 2009

Pasang Surut

Pasang surut laut
Pasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara laut, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut.


Peroode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit.

Tipe pasang surut

Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya:

* pasang surut harian (diurnal)
* tengah harian (semi diurnal)
* campuran (mixed tides).

Penyebab pasang surut

Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.

Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, namun gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.

Pasang surut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.

Pasang surut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan seperempat dan tigaperempat.
Pasang surut dan transportasi laut

Pengetahuan tentang pasang surut sangat diperlukan dalam transportasi laut, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang surut yang periodik, maka ia dapat diramalkan.

Untuk dapat meramalkan pasang surut, diperlukan data amplitudo dan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang surut. Seperti telah disebutkan di atas, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang surut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang surut yang baru.